Suriah Kembali Dilanda Peperangan, Ribuan Warga Sipil Meregang Nyawa
Peperangan terjadi di Suriah, negara Arab, antara pasukan pemerintahan baru yang dipimpin Presiden sementara Ahmad al-Sharaa dan milisi pendukung mantan diktator Bashar al-Assad di wilayah Mediterania sejak Kamis pekan lalu. Meskipun ada masa tenang, kekerasan telah menewaskan ribuan orang, menurut Observasi Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM) yang melaporkan setidaknya 1.383 warga sipil tewas.
Dalam update terbaru, diketahui bahwa sebagian besar korban yang tewas berasal dari suku Alawite. Wilayah Mediterania menjadi tempat tinggal suku Alawite, keluarga Assad yang beragama Siah. Meskipun kekerasan mulai mereda, jumlah korban terus bertambah dan mayat-mayat ditemukan tersebar di jalan, lahan pertanian, dan rumah-rumah penduduk di provinsi Latakia, Tartus, dan Hama.
Pemicu kekerasan adalah konflik yang pecah setelah orang bersenjata yang setia kepada Assad menyerang pasukan keamanan baru. Sejumlah personel keamanan dan milisi pro-Assad tewas selama bentrokan tersebut. Pasca penggulingan rezim Assad, orang-orang Alawi hidup dalam ketakutan akan pembalasan atas kekejaman pemerintahan terdahulu. Presiden Sharaa yang kini memimpin kelompok Islam Sunni Hayat Tahrir al-Sham (HTS) telah menyatakan akan mengadili pelaku pertumpahan darah warga sipil.
Di sisi lain, pihak berwenang telah menangkap sejumlah orang atas dugaan pelanggaran terhadap warga sipil. HTS, yang merupakan cabang bekas Al-Qaeda di Suriah, masih dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara termasuk Amerika Serikat (AS). Intensitas kekerasan terus meningkat meskipun rezim baru berusaha menghentikan balas dendam yang melanggar hukum dengan menjamin tidak akan adanya impunitas.