Emas disebut-sebut sebagai pertanda buruk bagi perekonomian Amerika Serikat (AS) karena hubungannya yang berlawanan dengan dolar AS. Menurut laporan Financial Times, terjadi lonjakan impor emas AS karena upaya para pedagang untuk mengantisipasi potensi tarif. Meskipun motifnya adalah menghindari tarif, efek ekonomi dari pergerakan emas dan barang lainnya sangat berbeda, terutama karena emas biasanya tidak diolah kembali secara aktif. Hal ini kemudian berimbas pada pelebaran defisit perdagangan AS.
Data perdagangan AS dengan Swiss menunjukkan adanya arus emas yang signifikan, dengan defisit perdagangan mencapai US$ 22 miliar pada bulan Januari. Trend serupa juga terjadi dengan Australia, di mana ekspor emas Australia mempengaruhi neraca perdagangan dengan AS pada bulan yang sama.
Goldman Sachs mencatat bahwa impor emas yang tinggi ikut membentuk defisit perdagangan AS dan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Meskipun perkiraan PDB Goldman Sachs untuk kuartal pertama lebih optimis, namun potensi resesi tetap menjadi perhatian. Dampaknya termasuk kemungkinan penurunan inflasi dan pengaruh tarif yang lebih besar pada pertumbuhan ekonomi AS.
Goldman juga telah meningkatkan kemungkinan resesi dengan melihat opsi perubahan kebijakan sebagai risiko utama. Gedung Putih memiliki kebijakan untuk menarik kembali tarif jika risiko ekonomi semakin serius. Meskipun demikian, risiko resesi masih tetap terbuka jika situasinya semakin buruk.
Sebuah studi Goldman Sachs menunjukkan bahwa impor emas yang signifikan dapat mempengaruhi defisit perdagangan AS dan pertumbuhan ekonomi, menimbulkan perhatian akan kemungkinan resesi. Kebijakan tarif yang lebih besar juga dapat memainkan peran penting dalam mengarahkan perekonomian AS ke arah tertentu, dengan pertimbangan resesi yang selalu menjadi ancaman.