Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menunjukkan ketidaksukaan terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam pertengkaran verbal di Ruang Oval, Gedung Putih. Awalnya, pertemuan keduanya terlihat sopan, namun situasi memanas ketika Trump lebih menyukai Presiden Rusia, Vladimir Putin. Trump tampak kesal karena Zelensky menyebut Putin sebagai agresor, bukan korban, selama diskusi. Lebih lanjut, Trump lebih suka Putin karena kemampuannya untuk memenangkan hati Trump, terutama saat Vladimir Putin membebaskan Marc Fogel, warga AS yang ditahan di Rusia.
Sebaliknya, Zelensky melakukan kesalahan dengan terlibat dalam debat di depan kamera dengan Trump dan wakilnya, yang menyebabkan kekesalan Trump. Trump juga tampak memendam ketidaksukaan pribadi terhadap Zelensky, percaya bahwa Ukraina adalah penyebab masalah bagi dirinya. Sebelumnya, Trump telah meminta Zelensky untuk menyelidiki isu-isu politik yang melibatkan Amerika Serikat dan Ukraina, termasuk campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016.
Sejak 2019, Trump telah terlibat dalam sejumlah kontroversi dengan Zelensky, termasuk meminta penyelidikan terhadap putra Joe Biden dan memberikan bantuan militer untuk Ukraina dengan syarat tertentu. Permintaan Trump ini akhirnya membawa dirinya ke proses pemakzulan di Kongres AS. Kebencian pribadi Trump terhadap Zelensky diyakini bermula dari sejarah konflik antara keduanya, yang terkait dengan berbagai isu politik dan tuntutan pribadi masing-masing pihak.