Krisis! Dampak Masuknya Staf Presiden Wanti-Wanti RI di Era Defisit Beras

by -61 Views
Krisis! Dampak Masuknya Staf Presiden Wanti-Wanti RI di Era Defisit Beras

Jakarta, CNBC Indonesia – Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP) Bidang Perekonomian Edy Priyono mengungkapkan data-data penurunan produksi beras di dalam negeri. Hal ini menjadi ironis di tengah upaya pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

“Tantangan berikutnya adalah pertanian. Ini mungkin relate dengan kalau Pak Prabowo dan timnya menyampaikan bahwa ingin menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Karena kenyataannya apa? Produksi pangan kita, khususnya beras, terus turun,” kata Edy dikutip Senin, (7/10/2024).

“Dan kita di Kantor Staf Presiden sudah lihat, bahwa sumbernya adalah penurunan luas panen. Luas panen kita berkurang. Dan luas panen ini berkurang karena luas tanamnya berkurang,” tambahnya.

Hal itu disampaikan dalam Seminar Nasional – Evaluasi 1 Dekade Pemerintahan Jokowi yang ditayangkan kanal Youtube INDEF, Kamis (3/10/2024).

Kondisi semakin berkurangnya luas tanam, menjadi semakin berat karena produktivitas yang cenderung stagnan.

“Pada saat produktivitas stagnan, maka penurunan luas tanam dan penurunan luas panen pasti akan berimplikasi terhadap penurunan produksi pangan, khususnya beras,” cetusnya.

“Sampai saat ini hitung-hitungan besarnya kita masih surplus. Tapi surplusnya semakin berkurang. Kalau tidak segera ditangani, kita mungkin akan segera masuk era defisit beras,” warning Edy.

Kebutuhan beras nasional, ujar dia, diperkirakan berkisar 30-an juta ton setahun. Sementara produksi sekitar 31-an juta ton.

“Kita sekarang masih jadi produsen yang besar. Salah satu yang terbesar di dunia in term of volume produksi. Tetapi kan kebutuhan kita juga besar sekali,” ujarnya.

Kondisi inilah yang membuat surplus beras di dalam negeri semakin menipis.

Meski, tukasnya, masih ada pihak yang tak percaya RI bisa surplus beras. Padahal BPS sudah menggunakan metode baru yang lebih baik, yaitu KSA (Kerangka Survey Area).

“Surplus (beras) semakin lama semakin berkurang. Ini menjadi tantangan tersendiri. Bukan hanya beras sebenarnya, jadi ada komoditas lain. Seperti bawang putih, mayoritas impor. Kedelai, bahan makanan rakyat, tapi mayoritas impor,” katanya.

“Jadi kita itu ada masalah dalam produksi pangan, khususnya beras,” pungkas Edy.

(bdc/bdc)