Agus Joko Pramono: Pentingnya Transparansi dalam Menghadapi Tantangan Etika untuk Pimpinan KPK
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Panitia Seleksi Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel KPK) telah menyelesaikan proses wawancara para calon pimpinan (capim) KPK. Ada pertanyaan-pertanyaan yang beragam, mulai dari kapasitas dan integritas para capim hingga pandangan mereka mengenai cara meningkatkan kinerja KPK.
Belakangan ini, masalah etika telah menjadi sorotan utama dalam kepemimpinan KPK. Oleh karena itu, integritas para capim menjadi hal yang sangat penting dalam penilaian. Pemberhentian Ketua KPK, Firli Bahuri, pada akhir tahun 2023 menjadi salah satu dari sekian banyak masalah etika yang dihadapi oleh lembaga pemberantasan korupsi tersebut.
Selain masalah etika, kinerja juga menjadi tantangan yang dihadapi oleh KPK. Transparency International memberikan skor 34 dan menempatkan Indonesia pada peringkat 115 dalam indeks persepsi korupsi tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa performa Indonesia dalam pemberantasan korupsi, di mana KPK menjadi lembaga utama, masih belum optimal.
Di sisi lain, meskipun publik sering kali melihat operasi tangkap tangan (OTT) secara langsung, Oktavianto dan Abheseka, peneliti dari Universitas Janabadra dan Universitas Gadjah Mada, menilai bahwa meskipun OTT efektif dalam menangkap koruptor, namun tidak memiliki peran yang signifikan dalam pemberantasan korupsi.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, menganggap OTT sebagai tindakan yang kurang sopan saat peluncuran Simbara bulan Juli 2024.
Dengan berbagai permasalahan ini, pandangan para capim KPK, yang segera akan disampaikan pansel ke Presiden, mengenai pengelolaan KPK dan kinerjanya dalam pemberantasan korupsi menjadi sangat penting.
Agus Joko Pramono, salah satu capim KPK, dalam wawancaranya menekankan pentingnya transparansi dalam menjalankan KPK. Menurut Agus Joko Pramono, penilaian negatif terhadap KPK belakangan ini disebabkan oleh kurangnya transparansi dalam lembaga yang seharusnya mendorong transparansi tersebut.
“Saya berusaha untuk menyampaikan bahwa transparansi itu penting, sehingga berita negatif dapat dengan mudah dihilangkan,” kata Agus Joko Pramono setelah diwawancarai oleh pansel pada 17 September 2024.
Mendorong transparansi bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan keberanian, komitmen, dan tentu saja integritas dalam memimpin lembaga pemberantasan korupsi tersebut.
Pandangan Agus Joko Pramono ini tercermin dari rekam jejaknya. Agus sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Ketua dan Majelis Kode Kehormatan dan Etik (MKKE) BPK selama 7 tahun.
Selama masa jabatannya itu, Agus Joko Pramono berhasil membangun hubungan dengan berbagai lembaga, termasuk media dan publik. Dia juga aktif di berbagai forum internasional. Pada Desember 2019, Agus menjabat sebagai Ketua Delegasi pada General Assembly ke-31 di International Maritime Organization (IMO).
Agus juga menjadi pembicara di The 3rd South East Asia Forum on Implementation of the Sustainable Development Goals di Bangkok, Thailand pada Oktober 2019. Sebelumnya, pada Juli 2019, Agus Joko Pramono juga berbicara di UNDESA IDI Joint Meeting on SAI Contributions to the 2030 Agenda and the Sustainable Development Goals di New York, Amerika Serikat.
Selain itu, dalam wawancara seleksi capim KPK, Agus Joko Pramono juga sangat transparan dalam membagikan rekam jejaknya, sesuatu yang jarang dilakukan oleh calon pimpinan lainnya. Rekam jejak Agus Joko Pramono tersebut menunjukkan keahlian, kapasitas kepemimpinan yang diakui secara nasional dan internasional, serta komitmen pada transparansi lembaga.
Sumber: https://jabar.tribunnews.com/2024/09/28/etika-jadi-salah-satu-momok-bagi-pimpinan-kpk-agus-joko-pramono-transparansi-itu-penting