Smelter Bauksit di Mempawah Mulai Beroperasi, Potensi Hemat Devisa RI Rp53 Triliun

by -6 Views
Smelter Bauksit di Mempawah Mulai Beroperasi, Potensi Hemat Devisa RI Rp53 Triliun

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Dirut MIND ID Hendi Prio Santoso, dan Dirut PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Niko Kanter pada hari Selasa (24/09/2024) meresmikan injeksi bauksit perdana untuk proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso mengatakan bahwa Fase 1 SGAR Mempawah ini memiliki kapasitas produksi alumina mencapai 1 juta ton yang dapat mengurangi ketergantungan impor Indonesia terhadap aluminium dan membantu mengurangi beban devisa.

Diperkirakan bahwa Indonesia dapat menghemat devisa sebesar US$ 3,5 miliar atau Rp 53,11 triliun dengan pengurangan impor aluminium. Investasi untuk SGAR fase 1 ini diperkirakan mencapai Rp 16 triliun.

Proyek SGAR Fase 1 akan menghubungkan rantai pasokan antara bijih bauksit di Kalimantan Barat yang diproduksi oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan smelter aluminium Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.

Injeksi bijih bauksit sebagai langkah awal dalam proses produksi alumina dengan target produksi alumina pertama pada bulan November 2024. Proses uji coba akan dilakukan bertahap hingga Desember 2024 dan diharapkan mulai produksi penuh alumina pada kuartal I-2025 dengan target operasi komersial pada akhir Februari 2025.

Proyek SGAR akan dibagi menjadi 2 fase dengan total estimasi biaya investasi sebesar US$ 1,7 miliar. SGAR Fase 2 sebagai ekspansi dari Fase 1 juga akan berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat dengan kapasitas produksi alumina hingga 1 juta ton per tahun dan target operasi pada 2028.

Dengan pengoperasian Proyek SGAR Fase 1 dan Fase 2, produksi alumina domestik diharapkan meningkat menjadi 2 juta ton per tahun dengan penyerapan bijih bauksit hingga mencapai 6 juta ton per tahun, sesuai dengan rencana Inalum untuk meningkatkan produksi aluminium hingga 900.000 ton per tahun.

Kebutuhan aluminium dalam negeri saat ini mencapai 1,2 juta ton per tahun, dan sejak 2018 hingga 2023, sebagian besar dipenuhi melalui impor dengan porsi 56% dan dari Inalum sebesar 44% pada tahun 2023.