Netanyahu: Israel Belum Menang, Menguak Kebohongan Soal Gaza

by -44 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan Israel ke wilayah Gaza, Palestina, telah berlangsung selama hampir 10 bulan. Serangan ini telah menewaskan 40 ribu warga sipil Gaza dan merusak lebih dari 70% infrastruktur di wilayah pesisir Palestina itu.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut bahwa serangan ini dilakukan untuk menghancurkan milisi penguasa Gaza, Hamas, yang menyerbu Israel pada 7 Oktober lalu dan menewaskan 1.200 warga Negeri Zionis. Meski mendapatkan kecaman internasional, Netanyahu menyebut perang akan dilanjutkan.

Dengan hampir 10 bulan serangan berlangsung, Netanyahu mengatakan saat ini Israel sudah berada dalam tahap akhir dalam serangannya di Gaza. Ia menyebut pihaknya telah berhasil melemahkan dan menghancurkan sel-sel Hamas, yang sejauh ini menunjukan perlawanan atas serangan Israel di wilayah itu.

Namun, fakta dan analisis forensik menyatakan hal yang bertolak belakang dengan klaim Netanyahu. Sebuah laporan CNN International menyebut bahwa Israel belum memenangkan perangnya 100% karena masih adanya sel-sel Hamas yang terus memberikan perlawanan.

“Israel akan mengatakan bahwa mereka telah membersihkan suatu tempat, tetapi mereka belum sepenuhnya membersihkan area tersebut, mereka belum mengalahkan para pejuang tersebut sama sekali. (Hamas) siap bertempur dan ingin bertempur,” kata Brian Carter, manajer portofolio Timur Tengah untuk Critical Threats Project (CTP), Senin (5/8/2024).

Analisis membeberkan bukti dari serangan di kamp pengungsi Jabalya Mei lalu. Meski Israel sebelumnya telah mengklaim kemenangan di wilayah itu, Tel Aviv kembali menyerbu wilayah itu. Ini memberikan indikasi bahwa sel Hamas belum 100% kalah di wilayah itu.

“Jika batalyon Hamas sebagian besar hancur, pasukan Israel tidak akan tetap bertempur,” kata pensiunan Kolonel Angkatan Darat AS, Peter Mansoor.

“Fakta bahwa mereka masih di Gaza, masih berusaha mengusir unsur-unsur batalion Hamas menunjukkan kepada saya bahwa Perdana Menteri Netanyahu salah. Kemampuan Hamas untuk menyusun kembali pasukan tempurnya tidak berkurang.”

Israel mengatakan telah menewaskan setengah dari komandan Hamas dan lebih dari 14.000 pejuang di Gaza. Hamas membantah angka-angka tersebut, meskipun belum memberikan jumlah korban.

“Di manapun Hamas muncul, kami akan masuk. Bisakah pingpong ini bertahan selamanya? Tidak. Masyarakat kita tidak dibangun untuk ini. Dan masyarakat internasional juga tidak,” kata seorang perwira tinggi militer Israel, yang tidak disebutkan namanya.

Di beberapa bagian gurun di Gaza Utara, para pasukan Hamas bahkan berpakaian preman mengawasi pasar yang terbakar. Mereka dilaporkan menyembunyikan persenjataan di bawah puing bangunan agar tidak ketahuan oleh pihak Israel.

“Kehadiran Hamas di Gaza Utara lebih kuat dari yang dapat Anda bayangkan. Mereka berada di antara warga sipil. Itu membantu mereka membangun kembali kekuatan mereka,” kata seorang warga Palestina.

Seorang warga Palestina lainnya bahkan mengatakan ia melihat penjara darurat yang dikelola Hamas di Kota Gaza menahan warga Palestina yang dituduh melakukan penjarahan. Padahal, Israel menggempur bagian Gaza ini selama tiga bulan pertama serangannya.

“Untuk menghukum pencuri, mereka mengikat tangan dan menutup mata mereka. Mereka mengubah ruangan yang hangus menjadi sel penjara, dan mereka meletakkan ember di sana untuk keperluan toilet mereka,” ujar penduduk tersebut.

Profesor ilmu politik di Universitas Chicago, Robert Pape, menyebut dengan adanya situasi ini, pertempuran Israel di Gaza akan terjadi bak aksi pukul-pukulan. Ia juga mengutip informasi terkait petinggi Hamas yang telah membangun komunikasi yang baik dengan warga.

“Israel memberi tahu penduduk untuk pergi ke pusat, ke selatan, dan kemudian sejumlah besar akhirnya melakukannya. Mereka terus memindahkan orang-orang ini dan coba tebak siapa yang pindah bersama penduduk? Hampir semua pejuang Hamas,” tuturnya.

“Hamas, personilnya, para pejuang, pemimpin, dan pendukungnya sangat melekat dalam diri penduduk. Mereka telah membangun ikatan dengan penduduk ini selama beberapa dekade.”