Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia mencatat rekor baru dengan mencapai surplus neraca perdagangan selama 49 bulan berturut-turut. Namun, data ekspor dan impor RI sebenarnya menunjukkan tren perlambatan sejak tahun lalu.
“Baik ekspor maupun impor sama-sama tumbuh melambat,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telisa Aulia Falianty dikutip Jumat, (21/6/2024).
Data yang ditunjukkan oleh Telisa menunjukkan bahwa kinerja ekspor RI mulai menurun sejak kuartal II 2023, setelah mengalami lonjakan komoditas pada tahun 2021 hingga 2022. Secara year-on-year pada kuartal II 2023, ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan negatif 17,56%. Penurunan tersebut terjadi lagi pada kuartal III dengan selisih -17,8%, kuartal IV 2023 (-8,9%), dan kuartal I 2024 (-7,7%).
Di sisi lain, kinerja impor juga mulai melambat pada kuartal I 2023 dengan pertumbuhan negatif 5,1%. Angka tersebut kembali turun pada kuartal II 2023 (-11,2%), kuartal III 2023 (-10,7%), kuartal IV 2023 (-1,7%), dan kuartal I 2024 (-0,65%).
Telisa menyatakan bahwa penurunan kinerja ekspor dan impor Indonesia ini tidak lepas dari kondisi global. Dia menilai perlambatan perdagangan global telah mempengaruhi ekonomi dalam negeri RI.
“Pemerintah harus mencari cara untuk mengatasi masalah ini. Kondisi pelemahan ekspor-impor ini dapat mengganggu cadangan devisa dan nilai tukar rupiah,” katanya.
Data neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 menunjukkan surplus sebesar US$2,93 miliar, dengan selisih ekspor US$ 22,33 miliar dan impor US$ 19,40 miliar.
Ekonomi Indonesia mengalami perlambatan, baik dari sisi ekspor maupun impor. Pelemahan ekonomi disebabkan oleh faktor internal dan global. Ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas mentah, sehingga nilai tambah ekspor masih minim. Konflik geopolitik global juga berdampak negatif pada permintaan produk Indonesia di pasar global.
Penurunan nilai ekspor-impor juga disebabkan oleh pelemahan harga komoditas global. Pemerintah akan fokus pada program hilirisasi untuk menambah nilai tambah ekspor. Salah satu contohnya adalah peningkatan kontribusi komoditas setengah jadi seperti besi dan baja pada ekspor Mei 2024.