Mengapa Rupiah Terdepresiasi Terhadap Dolar AS, Apa yang Menyebabkan Masalah Ekonomi Indonesia?

by -82 Views
Mengapa Rupiah Terdepresiasi Terhadap Dolar AS, Apa yang Menyebabkan Masalah Ekonomi Indonesia?

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan sejak hari pertama pembukaan perdagangan di dalam negeri. Rupiah sempat tembus level Rp 16.245 per dolar AS pada perdagangan kemarin, Rabu (17/4/2024).

Serangan Iran terhadap Israel dan rencana pemangkasan suku bunga the Fed menjadi sentimen utama yang mempengaruhi gerak rupiah. Hal ini pun ditegaskan kembali oleh Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti.
BI memastikan perekonomian domestik dalam kondisi baik, meskipun kini nilai tukar rupiah dalam tren pelemahan yang cukup dalam terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut Destry, dolar yang kini sudah menembus Rp16.200 disebabkan oleh sentimen negatif dari global. Tak cuma Indonesia, hampir seluruh mata uang juga bertekuk lutut di depan dolar AS.
“Jangan buat market panik, bahwa kalo udah panik kan repot. Karena sebenarnya domestik nothing wrong, jadi emang ini global,” ungkapnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip Kamis (18/4/2024).

Sementara itu, Mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai konflik Iran dan Israel telah menunjukkan satu sisi kelemahan perekonomian Indonesia. Kelemahan itu, kata dia, adalah masih rapuhnya keseimbangan eksternal Indonesia dari ketidakpastian global, seperti konflik dua negara ini.
Titik kelemahan inilah yang membuat rupiah kerap terguncang ketika ada sentimen dari luar. Padahal, Bambang memastikan ekonomi Indonesia cukup bagus kinerjanya.
“Terus terang ekonomi kita meskipun cukup bagus performanya dengan pertumbuhan rata-rata 5% per tahun dan inflasi yang terkendali 3% atau lebih rendah, tapi kita masih menyimpan satu hal yang rawan yaitu yang namanya keseimbangan eksternal yang ditunjukkan oleh neraca perdagangan kita,” kata Bambang dalam acara CNBC Indonesia Closing Bell, dikutip Kamis (18/4/2024).

Dia mencontohkan masih rapuhnya keseimbangan eksternal RI itu dapat dilihat dari kondisi Rupiah saat ini, ketika menghadapi tingkat bunga tinggi di Amerika Serikat. Menurut dia, apabila secara internal perekonomian RI kuat, maka Indonesia tidak perlu kerepotan menghadapi gejolak global akibat suku bunga yang diterapkan The Federal Reserve.