Artikel ini berbicara tentang cita-cita untuk membuat Indonesia menjadi negara yang kuat dan terhormat, serta mencapai taraf kesejahteraan yang sesuai dengan cita-cita para Pendiri Bangsa. Dalam artikel tersebut, dijelaskan bahwa saat ini, kurang dari 25 tahun menuju 100 tahun kemerdekaan, Indonesia masih menghadapi ketimpangan ekonomi yang tinggi dan banyak warganya yang hidup dalam kemiskinan.
Presiden Joko Widodo menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang menargetkan tercapainya “Indonesia Emas” di atau sebelum tahun 2045. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, yang perlu didukung dengan penguatan peran pemerintah dalam ekonomi dan pembangunan bangsa sesuai falsafah Ekonomi Pancasila. Artikel tersebut juga membahas kebijakan Presiden Joko Widodo dalam mewujudkan cita-cita pendiri bangsa, dengan fokus pada jaring pengaman sosial, pendidikan gratis, penguatan hilirisasi dan industrialisasi, serta melarang ekspor bahan mentah ke luar negeri.
Artikel juga menggambarkan prestasi ekonomi solid yang dicapai oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo dalam memperkuat fondasi ekonomi dan sosial Indonesia. Di era Presiden SBY, PDB per kapita bangsa Indonesia naik hampir 4x dari $1.000 ke $3.700, sementara di era Presiden Jokowi, PDB nominal Indonesia mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah. GNI per kapita juga naik ke angka US$ 4.580.
Semua capaian ekonomi ini dijelaskan sebagai bagian dari pelaksanaan dari falsafah Ekonomi Pancasila. Artikel ini menyoroti bahwa kebijakan ekonomi Presiden Joko Widodo, yang disebut sebagai “Jokowinomics”, merupakan pelaksanaan dari falsafah Ekonomi Pancasila dan harus dilanjutkan secara konsekuen agar Indonesia bisa menjadi negara maju dan sejahtera.