Pejuang Nasional Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma

by -147 Views
Pejuang Nasional Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]
Dalam sejarah bangsa Indonesia, kita pernah mengalami penjajahan ratusan tahun oleh bangsa asing. Kita pernah mengalami penjajahan oleh orang Portugis, oleh orang Belanda, oleh orang Inggris, bahkan oleh orang Prancis di bawah Napoleon saat masa Gubernur Jenderal Daendels.

Pada masa pra-kemerdekaan, para penjajah bangsa Indonesia mengambil hasil bumi kita secara paksa dan menggunakan darah serta keringat orang kita secara paksa.

Seringkali para penjajah merebut kekuasaan di Nusantara tanpa senjata. Mereka memberikan iming-iming ekonomi dan berbagai hadiah kepada pimpinan kerajaan-kerajaan yang berkuasa. Museum-museum Belanda hari ini masih menampilkan hadiah-hadiah berkilau yang diberikan kepada pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia saat itu, sultan, dan raja-raja Nusantara.

Para penjajah memanfaatkan keluguan sebagian sultan dan raja-raja Nusantara dengan memberikan hadiah-hadiah murah untuk mengambil keuntungan yang besar. Namun, ada sultan-sultan dan raja-raja Nusantara yang menolak untuk dijajah dan tidak bisa dibeli oleh Belanda.

Salah satu sultan Nusantara yang menunjukkan keteguhan dalam melawan Belanda adalah Sultan Agung. Meskipun tidak berhasil merebut Batavia secara keseluruhan, Sultan Agung tetap menolak untuk berdamai dengan VOC meskipun ditawari kesepakatan yang menguntungkan.

Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma lahir tahun 1593 di Kotagede, Yogyakarta. Seorang sultan sekaligus senapati yang terampil, ia membangun negerinya menjadi kekuatan teritorial dan militer yang besar dan dihormati di Jawa baik perjuangannya membela Tanah Air maupun warisan budaya yang ia sumbangkan.

Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau Raden Mas Rangsang. Ayahnya adalah raja kedua Mataram dan ibunya adalah putri Pangeran Benawa Raja Pajang. Setelah menaklukkan Madura tahun 1624, dia mengganti gelarnya menjadi Susuhunan Agung atau disingkat Sunan Agung.

Pada 1641, Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa Arab, yaitu Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram, dari pemimpin Ka’bah.

Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dan menolak ajakan bekerja sama dari VOC pada tahun 1614. Meskipun Mataram dilanda gagal panen akibat perang melawan Surabaya tahun 1618, Sultan Agung tetap menolak untuk bekerja sama dengan VOC.

Meskipun mencoba menjalin hubungan dengan Portugis, hubungan ini diputus tahun 1635. Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar bukan hanya melalui kekuatan militer, tetapi juga melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan sistem-sistem pertanian yang diperkenalkan.

Sumber: https://prabowosubianto.com/pejuang-nasional-sultan-agung-adi-prabu-hanyakrakusuma/

Source link