Pilihan dan Perjuangan Kita Sulit

by -141 Views
Pilihan dan Perjuangan Kita Sulit

Dalam perjalanan politik selama 20 tahun terakhir, saya telah membawa pesan yang hampir sama dengan yang terdapat dalam buku ini. Selama perjalanan saya, lawan-lawan saya selalu berusaha untuk mencemarkan nama saya. Saya digambarkan sebagai orang yang haus akan kekuasaan dan keinginan untuk berkuasa. Saya juga digambarkan sebagai orang yang suka menggunakan kekerasan dan kejam, padahal kenyataannya saya selalu mengutamakan jalan damai. Sebagai mantan prajurit, saya memahami perang dan sudah melihat sendiri korban-korban perang. Saya selalu ingin mencari jalan damai. Fitnah yang dilontarkan terhadap saya sungguh sangat keji. Saya dituduh ingin menutup semua gereja di Indonesia, padahal sebagian besar keluarga saya adalah Kristen. Saya juga memiliki orang-orang Nasrani di sekitar saya. Sebagai mantan prajurit TNI, saya telah mempertaruhkan nyawa saya dan banyak anak buah saya dari berbagai suku dan agama yang gugur di bawah komando saya. Saya tidak pernah melanggar sumpah saya dan melupakan pengorbanan anak buah saya. Saya juga difitnah sebagai orang yang anti etnis Tionghoa, padahal saya selalu membela semua kelompok minoritas. Fitnah-fitnah ini adalah bagian keji dari politik. Saya selalu mendesak para pendukung saya untuk tetap sabar dan tenang. Saya mendorong mereka untuk tidak membalas kedengkian dengan kedengkian, kejahatan dengan kejahatan, dan fitnah dengan fitnah.

Saya meminta saudara-saudara yang membaca buku ini untuk merenungkan pendapat, sikap, dan jawaban masing-masing. Saya bertanya, apakah kita akan bersama-sama membela kebenaran, atau kita akan menyerah pada ketidakbenaran, kecurangan, dan kezaliman? Saya mengajak saudara untuk mengambil langkah-langkah untuk menghadapi masa depan. Saya telah memilih untuk berjuang sesuai dengan landasan konstitusional dan tidak akan menyerah kepada keadaan yang tidak benar dan tidak adil. Saya yakin bahwa apa yang dialami Indonesia sekarang ini dipenuhi dengan campur tangan asing yang ingin membuat kita lemah, hancur, dan miskin. Tetapi kita harus tetap tenang, sabar, dan percaya pada kekuatan kita sendiri.

Saya mengajak kaum intelektual Indonesia untuk bersatu dan tidak membiarkan ketidakadilan terus berjalan di Republik Indonesia. Kita harus bersatu dan membuktikan bahwa rakyat Indonesia masih memiliki harga diri dan tidak akan dibeli begitu saja. Kita harus menjadi rakyat yang terhormat dan tidak mau menjadi kacung atau budak. Kita harus berani memimpin dengan ilmu dan dawuh fatwa. Saya membutuhkan dukungan riil dan konkret dari saudara-saudara. Kita harus waspada, saling mengingatkan, dan saling mendukung. Sebagai bangsa yang besar, kita harus menjaga kebersamaan dan kesatuan. Kita tidak boleh tinggal diam.

Source link