Arab Saudi Menyampaikan Perkembangan Terbaru Mengenai Cadangan Minyak

by -114 Views

Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, menolak untuk menyetujui penghapusan bahan bakar fosil dalam perundingan iklim COP28 PBB. Keputusan ini mempersulit perundingan iklim di Dubai, Uni Emirat Arab. Penghentian bahan bakar fosil ini dimasukkan dalam draf pertama perjanjian aksi iklim yang sedang diperbincangkan oleh para delegasi dan dijadwalkan selesai pada 12 Desember mendatang.

Pangeran Abdulaziz menegaskan bahwa Arab Saudi, sebagai eksportir minyak terbesar di dunia, tidak akan menyetujui penghapusan tersebut. Bahkan dalam wawancara dengan media, ia menyatakan bahwa pemerintah Arab Saudi tidak percaya akan hal itu. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelumnya telah menyerukan penghentian total bahan bakar fosil dalam pernyataannya.

Arab Saudi juga mencemooh sumbangan Barat untuk dana kerugian dan kerusakan iklim sebagai “perubahan kecil” dan menjanjikan bantuan kepada negara-negara berkembang. Namun, dana yang telah dikumpulkan dinilai tidak mencukupi dan kurang transparan.

Arab Saudi telah berkomitmen untuk memperbarui sumber energinya, berinvestasi pada energi terbarukan, dan meningkatkan efisiensi energi untuk dekarbonisasi perekonomiannya pada tahun 2030. Namun komitmen ini belum termasuk emisi dari 8,9 juta barel minyak per hari yang diekspor oleh Arab Saudi.